Dipublikasikan 6 hari yang lalu • Bacaan 2 Menit
Salah satu ancaman yang dihadirkan kedua subvarian tersebut adalah masih bisa menginfeksi orang-orang yang pernah terkena varian Omicron sebelumnya. Artinya, BA.4 dan BA.5 dapat lolos dari antibodi penetralisir yang ada.
Temuan para ilmuwan China ini dipublikasikan di jurnal Nature, Jumat (17/6/2022). Meski demikian, riset ini tidak diartikan bahwa vaksinasi tidak ada manfaatnya. Para ilmuwan tetap menganjurkan vaksinasi.
Sementara itu,Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, mengingatkan bahwa kedua subvarian baru ini memiliki angka reproduksi yang lebih tinggi. Artinya, peningkatan kasus dalam sepekan bisa sampai 25 persen pada kelompok yang dikategorikan rawan.
"Angka reproduksinya pun (dibandingkan) BA.2 dia bisa dua kali lipat. Bahkan peningkatan kasus dalam seminggu bisa sampai 25 persen pada kelompok yang sangat rawan, termasuk populasi yang abai dalam pencegahan dari sisi public health," jelas Dicky pada detikcom Kamis (16/6/2022).
Terkait sifatnya tersebut, BA.4 dan BA.5 diperkirakan memang dapat memicu peningkatan kasus bahkan hingga puluhan ribu kasus dalam sehari jika kapasitas testing mencukupi. Namun kabar baiknya, mayoritas kasus infeksi tidak akan membebani fasilitas kesehatan.
"Dengan asumsi modal imunitas kita, dengan juga modal populasi muda kita yang usia muda atau dewasa muda jauh lebih besar," catat Dicky.
Sebagai catatan, berikut riwayat penambahan kasus COVID-19 Indonesia dalam sepekan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "6 Kali Beruntun COVID-19 RI Tembus Seribu, Seserius Apa BA.4 dan BA.5?"