Winnetnews.com - Signify telah berhasil meraih kemajuan signifikan di tahun 2019 atas tujuan-tujuan keberlanjutan yang ditetapkan untuk 2020 sebagai bagian dari program keberlanjutan &ldquo;Kehidupan yang Lebih Cerah, Dunia yang Lebih Baik (Brighter Lives, Better World)&rdquo;. 

Signify sudah mampu mengurangi jejak karbon sebesar 9,5% dan meningkatkan jumlah pasar di mana mereka telah mencapai karbon netral menjadi 15 dari total 19 pasar, sehingga membuat Signify semakin dekat untuk mencapai netralitas karbon di seluruh perusahaan.

Pada tahun 2019, Signify menghasilkan 82,5% pendapatan dari produk, sistem, dan layanan hemat energi, mendahului target 2020 sebesar 80%. Signify mencapai netralitas karbon di pasar Amerika Latin dan ASEAN, Timur Jauh, India, Indonesia dan Pasifik. 

Selain itu, mereka mampu mengurangi limbah yang menuju ke TPA sebesar 70%, dengan 90% limbah didaur ulang. 

&ldquo;Dengan tingkat kinerja keberlanjutan pemasok sebesar 99%, kami jauh di depan target tahun 2020 yaitu sebesar 90%. Kami ingin memastikan tempat kerja yang aman dan sehat bagi seluruh karyawan kami, dan 9% di atas target keselamatan tahun 2020 kami,&rdquo; kata Nicola Kimm, Head of Sustainability di Signify pada Rabu (26/02).

&ldquo;Kami bangga atas kemajuan besar yang telah kami capai terhadap komitmen kehidupan yang lebih cerah, dunia yang lebih baik. Keberlanjutan tidak hanya terletak di jantung tujuan kami, keberlanjutan menjadi sesuatu yang sangat dapat dilakukan di mana setiap orang membantu menjalankannya,&rdquo; tambahnya.

Nicola Kimm tak sabar menanti hari di mana Signify dapat mencapai netralitas karbon secara global. Mereka juga telah memikirkan bagaimana nantinya dapat mengambil langkah selanjutnya untuk mendorong aksi iklim atas keseluruhan rantai nilai usaha.

Sorotan keberlanjutan Signify tahun 2019:

1. Menghadirkan lebih dari 2,3 milyar lampu dan luminer LED sejak kami bergabung dalam Global Lighting Challenge tahun 2015, menghindari pelepasan lebih dari 56 megaton emisi CO2, setara dengan 58 pembangkit listrik tenaga batu bara berukuran sedang atau emisi dari 21 juta mobil 

2. Menghasilkan 82,5% pendapatan kami dari produk, sistem, dan layanan hemat energi 

3. Mengurangi jejak karbon global kami sebesar 9,5% 

4. Meningkatkan pangsa listrik terbarukan kami hingga 94% 

5. Mengirimkan 70% lebih sedikit limbah menuju TPA dan mendaur ulang 90% dari total limbah kami Menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat dengan Total Kasus Tercatat sebesar 0,32 

6. Mencapai tingkat kinerja keberlanjutan pemasok sebesar 99%

Atas kemajuannya ini, Signify dinobatkan sebagai Pemimpin Industri dalam kategori Komponen dan Peralatan Listrik pada Dow Jones Sustainability Index untuk tiga tahun berturut-turut. Selain itu, mereka juga kembali masuk ke dalam daftar &lsquo;Climate A List&rsquo; (Daftar A Iklim) dari CDP untuk pengurangan dampak lingkungan, serta masuk ke dalam daftar CDP untuk &ldquo;Supply Chain A List&rdquo; (Daftar A Rantai Pasokan).

Signify telah berhasil meraih kemajuan signifikan di tahun 2019 atas tujuan-tujuan keberlanjutan yang ditetapkan untuk 2020 sebagai bagian dari program keberla...

lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-lampaui-target-2019-signify-makin-dekati-tujuan-keberlanjutan-di-2020-1582770244.jpg

Lampaui Target 2019, Signify Makin Dekati Tujuan Keberlanjutan di 2020

Winnetnews.com - Masih ingat dengan gadis belia asal Swedia, Greta Thurnberg? Yap! Aktivis iklim termuda ini didaulat sebagai tokoh tahunan atau Person of The Year 2019 oleh media massa Amerika Serikat (AS), Times Magazine.

Perempuan cilik ini dikenal sangat vokal terkait desakannya terhadap Konferensi Tingkat Tinggi (KTTI) Iklim PBB beberapa waktu lalu. Thurnberg lantang mendesak para pejabat di PBB agar segera mengambil langkah dalam menghadapi krisis iklim global.

Mengutip CNNIndonesia.com, gadis 16 tahun itu memulai aksi pada Agustus 2018 dengan bolos sekolah dan berkemah di depan gedung parlemen Swedia, meminta pemerintah setempat mengambil tindakan atas bahaya perubahan iklim. Dari sana, kampanye Thunberg makin membesar menjadi pergerakan global.

&quot;Dalam 16 bulan sejak awal kampanye itu, dia [Thunberg] telah berbicara di hadapan pimpinan-pimpinan pemerintahan di PBB, bertemu dengan Paus, berdebat dengan Presiden Amerika Serikat, dan menginspirasi empat juta orang untuk bergabung dalam aksi jeda untuk iklim (global climate strike) pada 20 September lalu dalam demonstrasi iklim terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia,&quot; tulis Times Magazine.

&quot;Margaret Atwood membandingkan dia dengan Joan of Arc. Setelah menyadari bahwa kata-kata &#39;climate strike&#39; telah dipakai ratusan kali, para ahli kamus dari Collins Dictionary menyebut ide inovatif Thunberg itu sebagai word of the year,&quot; lanjutnya.

Thunberg akan berulang tahun ke-17 pada Januari 2020. Ia masih gencar berkampanye sampai saat ini, termasuk pada pekan lalu di Madrid.

Setiap tahun, Times Magazine menetapkan seseorang, grup, pergerakan, atau ide yang mempengaruhi banyak orang dalam jangka waktu 12 bulan. Tahun lalu, grup jurnalis The Guardians yang terpilih setelah tulisan yang diturunkan malah mendatangkan bahaya.

&quot;Kami menggambarkan Person of the Year sebagai orang yang paling mempengaruhi peristiwa dalam setahun, baik atau buruk. Tetapi saya benar-benar serius memikirkannya karena majalah kami adalah tentang banyak orang dan ide yang membentuk dunia dan Person of the Year adalah tentang mereka yang membentuk tahun itu,&quot; kata kepala editor Times Magazine, Edward Felsenthal. [cnn]

Masih ingat dengan gadis belia asal Swedia, Greta Thurnberg? Yap! Aktivis iklim termuda ini didaulat sebagai tokoh tahunan atau Person of The Year 2019 oleh me...

majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

Greta Thurnberg jadi Person of The Year 2019 di Times Magazine. [Foto: Metro.co.uk]

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-majalah-times-ganjar-greta-thurnberg-sebagai-person-of-the-year-2019.jpg

Majalah Times Ganjar Greta Thurnberg sebagai Person of The Year 2019

Winnetnews.com - Perubahan iklim adalah ancaman nyata bagi keberlangsungan bumi. Telah banyak bukti dari penelitan bahwa bumi yang kita tinggali ini semakin panas dari hari ke hari. Sejumlah peneliti menemukan bahwa fenomena tersebut ternyata mengancam beberapa varietas sumber makanan bagi manusia.

Bisakah kalian membayangkan bagaimana sengsaranya kehidupan manusia di masa depan, jika makanan ini di masa depan akan punah?

Dikutip dari <a href="https://www.idntimes.com/science/experiment/izza-namira-1/bahan-makanan-yang-terancam-punah-karena-global-warming/full">IDN Times</a>, berikut ini makanan yang terancam punah akibat pemanasan global.

1. Cokelat

Data dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2014 menunjukkan bahwa saat ini suhu bumi kian meningkat tetapi curah hujan tidak bertambah. Hal ini akan mengancam pertumbuhan tanaman kakao yang banyak hidup di dataran tinggi. Mereka sebenarnya bisa hidup di lingkungan yang hangat tetapi harus diiringi dengan kelembapan dan curah hujan yang tinggi.&nbsp;

2. Nasi

Seperti diketahui, padi ditanam di sawah yang harus tergenang oleh air. Namun jika semakin banyak daerah penghasil padi mengalami kekeringan akibat pemanasan global, tanaman tersebut pun sulit untuk tumbuh hingga akhirnya kita tak dapat mengonsumsi nasi.

3. Kacang tanah

Kacang dapat tumbuh dengan baik jika mereka mendapatkan cuaca hangat selama lima bulan berturut-turut. Mereka juga membutuhkan curah hujan sekitar 500 hingga 1.000 mm. Di kondisi kekeringan seperti saat ini, kacang akan sulit bertahan hidup. Maka tak heran jika harganya terus naik di pasaran.

4. Makanan laut

Meningkatnya suhu bumi akan membuat suhu di lautan jauh lebih panas. Hasilnya, populasi ikan pun menurun. Dalam kasus terparah, menurut studi yang dilakukan oleh Dalhousie University, diperkirakan makanan laut akan habis di tahun 2050.&nbsp;

Hewan laut yang berdarah dingin seperti lobster, sebagian ikan, penyu, dan lainnya akan bermigrasi ke tempat yang lebih dingin, menurut laman Anthropocene Magazine. Tak hanya itu, air yang lebih hangat lebih disukai oleh bakteri laut yang beracun, seperti Vibrio. Mereka akan mengontaminasi ikan, cumi-cumi, dan gurita sehingga manusia pun keracunan saat memakannya mentah.

<div style="page-break-after:always">&nbsp;</div>

5. Gandum

Studi dari Kansas State University menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade ke depan, produksi gandum akan semakin menurun hingga 50 persen dari hasil panen normal. Krisis gandum tersebut terjadi karena saat suhu di sekitar panas, tumbuhan tersebut akan sulit untuk menghasilkan biji.&nbsp;

6. Kopi

Studi dari Australia&rsquo;s Climate Institute memperkirakan bahwa produksi biji kopi akan kian menurun hingga ke angka nol di tahun 2050 nanti. Fenomena ini disebabkan oleh meningkatnya suhu di bumi dan menurunnya curah hujan. Ketika hal ini terjadi, tanaman kopi akan lebih rentan terhadap penyakit dan akhirnya mati.

7. Madu

Studi dari US Department of Agriculture tahun 2016 mengatakan bahwa peningkatan karbon dioksida dapat mengontaminasi pollen atau serbuk sari, makanan utama lebah. Akibatnya, lebah akan kesulitan untuk mendapatkan nutrisi yang cukup. Mereka pun tidak bisa menghasilkan madu. Selain karbon dioksida, peningkatan suhu juga memengaruhi ketersediaan serbuk sari.&nbsp;

Ayo, mulai dari sekarang selamatkan lingkungan dengan membekali diri dengan informasi yang relevan lalu lakukan aksi nyata ya winners!

&nbsp;

Perubahan iklim adalah ancaman nyata bagi keberlangsungan bumi. Telah banyak bukti dari penelitan bahwa bumi yang kita tinggali ini semakin panas dari hari ke...

ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-ini-7-makanan-yang-akan-punah-jika-suhu-bumi-terus-memanas.jpg

Ini 7 Makanan yang Akan Punah, Jika Suhu Bumi Terus Memanas

Winnetnews.com - Siapa sangka jika seorang anak remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan mampu mengkritik forum resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Greta Thunberg, anak remaja yang juga aktivis lingkungan hidup ini melayangkan protes terkait aksi iklim di hadapan para pemimpin dunia, Senin (23/9).

Melihat keberanian gadis berusia 16 tahun itu, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mengapresiasi kritikan Greta terhadap forum resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB menyoal iklim.

Hal itu, JK ungkapkan dalam acara &lsquo;SDG&rsquo;s Annual Conference 2019&rsquo; di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (8/10). Dalam kesempatan itu, JK kembali mengingatkan dunia perihal kritikan gadis kelahiran Stockholm, Swedia tersebut.

&quot;Memang di dunia ini, yang jelas dan marah adalah anak-anak. Di PBB yang bicara Greta Thunberg. Sambil bicara, sambil marah, &#39;I watch you&#39; (kata Greta),&quot; beber JK seperti dilansir Merdeka.com.

<div style="text-align:center">
<figure class="image" style="display:inline-block"><img alt="" height="450" src="/uploads/images/Khalied Malvino-1570604578.jpg" width="800" />
<figcaption>Wapres Jusuf Kalla (JK). [Foto: Anadolu Agency]</figcaption>
</figure>
</div>

Hal ini menunjukkan, bahwa upaya menyuarakan kelestarian lingkungan dan ancaman perubahan iklim bisa datang dari siapa pun. Suara itu harus didengar. 

&quot;Bayangkan jika terbalik. Biasanya kita mengawasi anak, sekarang anak yang mengawasi kita,&quot; ujar politisi senior Partai Golkar itu.

JK pun menyebut dua siswa SD Bina Nusantara mempresentasikan tujuan ke-14 SDGs dalam konferensi tersebut. 

Dalam presentasi, kedua anak SD tersebut membahas terkait keberlangsungan ekosistem laut, termasuk hal-hal apa saja yang bisa merusak ekosistem laut.

&quot;Seperti tadi. Anak SD. Dia mengajari profesor tentang lingkungan hidup, dan dia benar,&quot; tandasnya.

Siapa sangka jika seorang anak remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan mampu mengkritik forum resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Greta Thunberg, anak re...

jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-jk-apresiasi-kritikan-greta-thunberg-di-forum-ktt-iklim-pbb.jpg

JK Apresiasi Kritikan Greta Thunberg di Forum KTT Iklim PBB

Winnetnews.com - Gadis belia asal Swedia yang juga pegiat perubahan iklim, Greta Thunberg tak mampu menahan emosinya saat berbicara di podium Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (23/9/2019).

Greta awalnya mengungkapkan jika dia harusnya berada di sekolah, bukan di pertemuan tersebut. Gadis ini melanjutkan dengan protes bahwa para pemimpin mendatangi generasi muda hanya untuk memberi harapan palsu.

&quot;Beraninya Anda. Anda telah mencuri mimpi saya dan masa kecil saya dengan omong kosong Anda. Kita saat ini berada di awal dari kepunahan massal, tetapi yang Anda bicarakan ialah uang dan dongeng tentang perkembangan ekonomi. Anda telah mengecewakan kami,&quot; katanya seperti dilansir CNNIndonesia.com dari Associated Press (AP).

Menyikapi hal tersebut, anggota Proyek Karbon Global dan juga akademisi Universitas Stanford, Rob Jackson menilai jika Greta masih berada di depan parlemen Swedia sendirian. Padahal, banyak yang mendukungnya.

Kemudian dengan bantuan PBB, Thunberg dan 15 orang aktivis muda lain mengajukan tuntutan resmi terkait lemahnya tindakan pemerintah di seluruh dunia dalam menyikapi pemanasan global yang melanggar hak dasar mereka.

KTT Iklim yang diselenggarakan PBB di New York tersebut dihadiri oleh para pemimpin dunia yang menyuarakan berbagai janji terkait upaya-upaya pencegahan perubahan iklim.

Beberapa negara seperti Finlandia dan Jerman berjanji akan melarang penggunaan batu bara dalam 10 tahun. Sedangkan negara lainnya menyebut berbagai pencapaian tentang netralitas iklim per tahun 2050.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, hanya datang selama beberapa waktu dan tidak meminta untuk berbicara di dalam pertemuan tersebut.

Ia hanya datang mendengarkan beberapa gagasan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan meninggalkan ruangan tanpa berkata apa pun. Meski begitu, ia sempat menjadi perbincangan di dalam KTT.

Trump diketahui berencana untuk mundur dari perjanjian iklim di Paris pada 2015 silam. Terkait hal tersebut, Menteri Luar Negeri China Wang Yi memberikan tanggapan bahwa semua negara harus menghormati komitmen mereka dan mengikuti perjanjian tersebut.

&quot;Pengunduran diri pihak tertentu tidak akan memengaruhi pencapaian koletif dari komunitas di seluruh dunia,&quot; kata Wang.

Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan 77 negara telah berkomitmen dalam netralitas karbon per tahun 2050 dan 70 negara lainnya berjanji untuk berupaya lebih dalam mengatasi perubahan iklim.

Ini juga diikuti dengan 100 pemimpin bisnis dan sekitar sepertiga sektor perbankan global berjanji akan ikut serta dalam ekonomi hijau.

&quot;Aksi demi aksi, gelombang semakin berputar. Kita masih harus menempuh jalan yang panjang. Waktu semakin cepat habis, tetapi belum terlambat,&quot; tandas Guterres.

Gadis belia asal Swedia yang juga pegiat perubahan iklim, Greta Thunberg tak mampu menahan emosinya saat berbicara di podium Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ik...

kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

Greta Thunberg emosi di KTT Iklim PBB, Senin (23/9/2019). [Foto: South China Morning Post]

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-kecewa-di-php-in-gadis-ini-emosi-di-ktt-iklim-pbb.jpg

Kecewa di-PHP-in, Gadis ini Emosi di KTT Iklim PBB

Winnetnews.com - Beragam kejadian yang berkaitan dengan cuaca diperkirakan bakal memaksa 143 juta orang mengungsi pada tahun 2050. Akan tetapi, kenaikan permukaan air laut kini sudah menjadi ancaman nyata bagi negara-negara kecil di kawasan tropis.

Adakah solusi untuk menyelamatkan penduduk negara-negara tersebut?

Seluruh bukti perubahan iklim kini tak dapat disangkal lagi. Namun tanggapan sejumlah negara terhadap situasi itu cenderung politis ketimbang benar-benar menyiasati kondisi yang ada.

Perlawanan terhadap tingkat kesadaran yang rendah itu diperlihatkan sejumlah kelompok seperti Extinction Rebellion. Mereka menggarisbawahi vitalnya peran negara kaya yang kerap dijuluki Global North States.

Negara industri kaya raya yang menjadi pusat sekitar 100 perusahaan multinasional itu dituding sebagai penyebab utama perubahan iklim.

Mereka menolak perjanjian internasional untuk memberi bantuan berarti bagi negara berkembang, meski mereka merupakan produsen emisi bahan bakar fosil terbesar.

Isu pulau yang tenggelam sejak lama dibicarakan sebagai ancaman yang akan dihadapi negara kepulauan kecil.

Faktanya, ancaman itu kini sudah menjadi kenyataan bagi penduduk pulau-pulau itu. Banyak negara kepulauan kecil mengambil kebijakan yang tidak populis untuk memindahkan warga mereka.

Ini adalah kisah tentang Kiritimati di tengah kawasan Pasifik, pulau karang terbesar di dunia.

Perhatian mendalam terhadap kisah mereka bakal meningkatkan perhatian publik terhadap kondisi serupa yang dihadapi negara kepulauan lain, termasuk rendahnya kebijakan internasional atas persoalan ini.

<div style="page-break-after:always">&nbsp;</div>

Kiritimati memiliki sejarah gelap akibat kolonialisme Inggris dan sebagai lokasi uji coba senjata nuklir. Setelah merdeka pada 12 Juli 1979, Republik Kiribati terdiri dari 33 pulau yang tersebar di kawasan ekuator.

Kini, dari daratan negara ini, ancaman iklim yang begitu nyata terlihat di ujung horizon.

Naik lebih dari dua meter di atas permukaan laut, Kiritimati adalah tempat tinggal manusia yang paling rawan di dunia.

Meski berada di tengah bumi, kebanyakan orang tidak mampu menunjuk lokasi persisnya di atas peta. Sedikit pula orang yang mengetahui kekayaan tradisi dan budaya masyarakatnya.

Budaya Kiritimati barangkali akan segera punah. Satu dari tujuh titik relokasi di Kiribati, baik di dalam maupun yang berada di luar batas negara, terdampak perubahan iklim.

Kajian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2016 menunjukkan, setengah dari total rumah tangga di negara itu merasakan dampak kenaikan permukaan air laut.

Hal itu juga bakal mempengaruhi sisa nuklir di negara kepulauan kecil itu, yang dihasilkan era kolonisasi mereka.

Penduduk Kiritimati yang menyelamatkan diri kini menjadi pengungsi perubahan iklim. Mereka adalah kelompok orang yang kabur dari negara asal akibat bencana lingkungan.

Warga Kiritimati kini harus membangun ulang kehidupan mereka setelah kehilangan komunitas dan kuasa untuk mengambil keputusan hidup.

Persoalan itu makin membesar. Sejak 2008, badai dan kejadian terkait iklim lainnya setiap tahun memaksa 24,1 juta orang mengungsi.

<div style="page-break-after:always">&nbsp;</div>

Bank Dunia memprediksi, 143 juta orang lainnya juga harus mengungsi pada 2050. Mereka adalah warga di kawasan sub-Sahara Afrika, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan.

Di Kiritimati, sejumlah kebijakan diambil untuk menyelamatkan warga lokal. Pemerintah Kiribati menjalankan program Migration with Dignity (Mengungsi Secara Terhormat).

Program itu memungkinkan warga lokal mempelajari keterampilan baru agar mudah meraih pekerjaan di luar negeri.

Pemerintah Kiribati tahun 2014 juga membeli lahan seluas 2428 hektare di Fiji untuk menjamin ketahanan pangan saat perubahan iklim terjadi.

Selandia Baru menyediakan lotre tahunan yang mereka sebut Pacific Access Ballot. Lotre ini disediakan bagi 75 penduduk Kiribati untuk pindah ke negara di selatan bumi itu.

Namun kuota lotre itu dikabarkan tidak pernah terisi penuh. Alasannya tentu saja dapat diterima akal sehat: tidak ada orang yang ingin meninggalkan rumah, keluarga, dan kehidupan asli mereka.

Sementara itu, Bank Dunia dan PBB menilai Australia dan Selandia Baru semestinya menambah kuota pekerja musiman dan membuka program migrasi bagi warga Kiritimati yang terdampak perubahan iklim.

Namun pekerjaan musiman yang tersedia di dua negara itu kerap kali tidak membutuhkan pekerja terampil dan tak begitu menawarkan prospek hidup yang lebih baik.

Adapun, kebijakan internasional yang ada lebih fokus pada relokasi ketimbang menyediakan daya tampung dan dukungan jangka panjang.

Opsi itu tak memberi kesempatan penentuan nasib sendiri bagi orang-orang Kiritimati. Kebijakan seperti itu cenderung menjadikan korban sebagai komoditas, mengubah konteks relokasi menjadi program penempatan kerja.

<div style="page-break-after:always">&nbsp;</div>

Itu berarti proyek yang diuntungkan, seperti pembangunan bandara baru, pendirian pemukiman, dan strategi pariwisata laut dapat dilakukan berulang-ulang.

Siasat terjangkau sekaligus realistis untuk memperbaiki dan mengelola pulau-pulau itu harus ditopang kebijakan yang tak berpaku pada migrasi.

<h2>Semakin tinggi</h2>

Mendorong penduduk untuk bermigrasi tentu opsi termurah yang bisa dilakukan. Namun kita seharusnya tidak menganggapnya sebagai satu-satunya solusi. Kita tidak boleh membiarkan pulau-pulau itu tenggelam.

Ini bukan semata persoalan kemanusiaan. Meninggalkan pulau ditelan laut juga artinya membiarkan spesies burung reed wabler yang tak ada di tempat lain di bumi, kecuali di Kiritimati, punah.

Negara kepulauan kecil lain, yang juga terancam kenaikan permukaan air laut, merupakan rumah bagi sejumlah spesies yang terancam punah.

Marshall Islands, misalnya, merupakan rumah kepiting kelapa yang hanya boleh diburu dan dimakan warga lokal.

Bantuan internasional dapat menuntaskan banyak persoalan masa depan dan menjaga banyak tempat indah untuk tetap bisa dihuni manusia, binatang, dan tumbuhan.

Tapi minimnya bantuan negara kaya menyulitkan penduduk negara terdampak mengambil opsi itu. Pulau buatan berhasil berdiri di Dubai, tapi mengapa tidak di negara-negara kepulauan itu?

Banyak hasil rekayasa teknik dan arsitektur mampu berdiri dan bertahan, seperti benteng pesisir laut hingga teknologi reklamasi. Teknologi itu dapat melindungi kampung halaman orang-orang Kiritimati, sekaligus meningkatkan ketahanannya.

<div style="page-break-after:always">&nbsp;</div>

Namun hal itu hanya mungkin terjadi jika bantuan internasional selalu siap digunakan dan terus disediakan negara-negara pemicu perubahan iklim. (Baca kisah pergulatan Miami melawan kenaikan muka air laut)

Saat tulisan ini dibuat, tidak ada definisi pengungsi korban iklim yang diterima secara internasional. Pengungsi kategori ini juga tidak diakui Konvensi PBB 1951 tentang pengungsi.

Situasi tersebut menimbulkan jurang perlindungan karena degradasi lingkungan tidak didefinisikan sebagai persekusi.

Dan tidak adanya pengakuan itu terjadi walau pemicu besar perubahan iklim merupakan industri negara kaya dan kelalaian mereka mengatasi dampaknya.

Pertemuan tingkat tinggi PBB yang membahas aksi nyata terhadap perubahan iklim pada 23 September depan mungkin akan membahas beragam tantangan tersebut.

Namun bagi jutaan orang yang tinggal di daerah yang terancam perubahan iklim, pertanyaan yang bakal mencuat adalah keadilan lingkungan dan iklim.

Tanda tanya besar itu semestinya bukan cuma bagaimana mengatasi bahaya yang mengintai, tapi mengapa mereka yang ingin tetap tinggal di negara kepulauan kecil tak memiliki sumber daya dan otoritas mengatasi persoalan itu dengan tangan mereka sendiri. (BBC Indonesia)

&nbsp;

&nbsp;

Artikel ini pertama kali tayang di laman The Conversation dan diterbitkan ulang di bawah lisensi Creative Common. 
Anda dapat membaca artikel ini dalam bahasa Inggris di BBC Future dengan judul How to Save a Sinking Island Nation.

Beragam kejadian yang berkaitan dengan cuaca diperkirakan bakal memaksa 143 juta orang mengungsi pada tahun 2050. Akan tetapi, kenaikan permukaan air laut kini...

perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-perubahan-iklim-pulau-pulau-kecil-kita-terancam-tenggelam.jpg

Perubahan Iklim: Pulau-pulau Kecil Kita Terancam Tenggelam?

Winnetnews.com - &nbsp;Kepunahan tidak hanya terjadi pada sejumlah spesies hewan. Namun, juga dapat terjadi pada sejumlah makanan yang hingga detik ini masih kita konsumsi.

Bahan makanan yang diperoleh dari alam bisa punah akibat perubahan iklim yang cukup signifikan. Bukan hanya penurunan secara kuantitas, tetapi juga secara kualitas.

Makanan yang Anda konsumsi tak lagi bergizi atau punya manfaat lain bagi tubuh. Lalu, apa saja makanan tersebut?

Dikutip dari situs Liputan6 dari laman Brighside.me, dikutip Rabu (1/5/2019), berikut 5 makanan yang terancam punah apabila perubahan iklim terjadi:

1. Cokelat

Salah satu bahan makanan yang akan punah apabila terjadi perubahan iklim adalah pohon kakao. Pohon kakao akan menghasilkan buah yang bisa diolah menjadi cokelat.

Cokelat sangat berguna untuk diolah menjadi banyak makanan. Namun, situasi ini akan tidak bisa terjadi lagi apabila perubahan iklim terjadi.

Meskipun pohon kakao tidak terpengaruh oleh suhu tinggi, mereka membutuhkan curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang tinggi.

Kondisi ini dapat berdampak negatif pada produksi kakao dan menghasilkan lebih sedikit dibanding suhu normal.

2. Teh

Siapa yang tidak suka bersantai dengan secangkir teh? Tampaknya kita harus mencari metode lain untuk bersantai dalam waktu dekat apabila perubahan iklim terjadi.

Ahli mengkonfirmasi bahwa sektor teh akan sangat terkena dampak perubahan iklim jika tidak ada tindakan pencegahan yang diambil.

Misalnya, peningkatan kerentanan terhadap serangga atau kualitas daun yang lebih rendah hanyalah beberapa masalah di dalam industri ini.

3. Madu

Lebah terancam punah jika perubahan iklim terjadi. Jika lebah hilang, maka madu yang kerap mereka hasilkan tak ajan dapat kita rasakan lagi.

Studi ini menemukan bahwa peningkatan kadar CO2 mengurangi protein dalam serbuk sari, sumber makanan utama bagi lebah.

Dalam kasus terburuk, masalah ini dapat menyebabkan mereka sekarat karena mereka akan gagal mendapatkan nutrisi yang cukup.

4. Beras

Tanaman padi juga di bawah ancaman penurunan sebesar 20-40 persen. Tapi ada masalah krusial lain yang bisa dihadapi.

Menurut artikel ini, beras dapat menjadi kurang bergizi karena meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.

Ini berarti orang yang mengandalkan beras sebagai makanan utama mereka harus mencari cara untuk menghindari masalah yang mengancam kesehatan.

5. Kopi

Perusahaan kopi global terkemuka seperti Starbucks dan Lavazza mengakui risiko parah yang disebabkan oleh pemanasan global.

Sekitar 50 persen dari area global yang cocok untuk produksi kopi berada dalam bahaya pada tahun 2050. Orang-orang harus menghadapi masalah seperti kenaikan harga, dampak negatif pada rasa dan aroma, dan kekurangan pasokan.

&nbsp;

&nbsp;

Penulis : Muchdi 
Editor : Baiq Fevy Shofya Wahyulana

Kepunahan tidak hanya terjadi pada sejumlah spesies hewan. Namun, juga dapat terjadi pada sejumlah makanan yang hingga detik ini masih kita konsumsi.Baha...

akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-akibat-perubahn-iklim-5-jenis-makanan-ini-akan-punah.jpg

Akibat Perubahan Iklim,  5 Jenis Makanan Ini Akan Punah

Winnetnews.com -&nbsp;Juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Bondan Ariyanu menuding polusi udara di Jakarta sudah di atas ambang wajar. Kadar PM 2.5 mencapai 88-102 ug/m3.
Praktisi kesehatan paru dr Agus Dwi Susanto, SpP dari RSUP Persahatan menjelaskan PM 2.5 salah satu komponen polusi udara yang disebut Particulate Matter. Partikel ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dibanding PM 10 sehingga lebih berbahaya karena bisa masuk ke pembuluh darah.
"Dampaknya jangka panjang bisa terjadi penurunan fungsi paru, risiko terjadinya asma. Bahkan menurut WHO PM 2.5 ini berhubungan dengan terjadinya risiko kanker paru pada manusia," jelas dr Agus.
Selain PM 2.5 dan PM 10 yang merupakan komponen padat dan luquid (cair), komponen lain dalam polusi udara juga mencakup berbagai macam gas seperti CO, CO2,SO2. Masing-masing memberikan dampak berbahaya di dalam tubuh ketika melebihi ambang batas.
Terkait tingginya polusi di Jakarta seperti dituduhkan Greenpeace, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku tengah mengkaji solusinya. "Nanti ada solusinya, Insyaallah," kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (14/2/2019).
&nbsp;
&nbsp;
&nbsp;
Artikel ini telah tayang di www.detik.com dengan judul "<a href="https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4429173/polusi-di-jakarta-tinggi-dokter-paru-ingatkan-risiko-kanker" target="_blank" rel="noopener">Polusi di Jakarta Tinggi, Dokter Paru Ingatkan Risiko Kanker</a>"

Juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Bondan Ariyanu menuding polusi udara di Jakarta sudah di atas ambang wajar. Kadar PM 2.5 mencapai 88-102 ug...

polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/image-polusi-udara-jakarta-sudah-diatas-ambang-wajar.jpg

Polusi Udara Jakarta Sudah Diatas Ambang Wajar

WinNetNews.com - Presiden Joko Widodo mengharapkan ada kesepakatan ambisius yang dihasilkan dari Conference of Parties (COP) 21 sebagai solusi untuk menjadikan bumi tempat yang nyaman dan menyejahterakan bagi kehidupan masyarakat dunia."Mencapai kesepakatan di Paris adalah suatu keharusan. Saya mengharapkan kita semua menjadi bagian dari solusi menjadikan bumi ini menjadi tempat yang nyaman bagi anak cucu kita," kata Presiden di hadapan 147 kepala negara dan pemerintahan di Leaders Event, Paris, Prancis, Senin.Seperti dilansir Antaranews, Presiden mengatakan kesepakatan iklim Paris harus mencerminkan keseimbangan, keadilan, serta sesuai prioritas dan kemampuan nasional mengikat, jangka panjang, ambisius, namun tidak menghambat pembangunan negara berkembang.Kontribusi, lanjutnya, dapat dilakukan dengan memobilisasi pendanaan 100 miliar dolar AS hingga 2020, dan ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya dengan transfer teknologi ramah lingkungan dan peningkatan kapasitas.Sebagai salah satu negara pemilik hutan terbesar yang menjadi paru-paru dunia, Indonesia telah memilih untuk menjadi bagian dari solusi.

Presiden Joko Widodo mengharapkan ada kesepakatan ambisius yang dihasilkan dari Conference of Parties (COP) 21 sebagai solusi untuk menjadikan bumi tempat yang...

jokowi-berharap-banyak-dari-konferensi-paris

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image120x40/post/7933.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/Image1200x400/post/7933.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide-small/post/7933.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/slide/post/7933.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-home/post/7933.jpg

https://asset.winnetnews.com/image/cache/thumb-mobile/post/7933.jpg

IKLIM

Lampaui Target 2019, Signify Makin Dekati Tujuan Keberlanjutan di 2020

Latest News

Lampaui Target 2019, Signify Makin Dekati Tujuan Keberlanjutan di 2020

Majalah Times Ganjar Greta Thurnberg sebagai Person of The Year 2019

Ini 7 Makanan yang Akan Punah, Jika Suhu Bumi Terus Memanas

JK Apresiasi Kritikan Greta Thunberg di Forum KTT Iklim PBB

Kecewa di-PHP-in, Gadis ini Emosi di KTT Iklim PBB

Perubahan Iklim: Pulau-pulau Kecil Kita Terancam Tenggelam?

Akibat Perubahan Iklim, 5 Jenis Makanan Ini Akan Punah

Polusi Udara Jakarta Sudah Diatas Ambang Wajar

Jokowi Berharap Banyak Dari Konferensi Paris